The Power of Mama Dedikasikan Tenaganya Jaga Hutan dari Ancaman Karhutla

The Power of Mama tengah berpatroli menuju hutan desa. Mereka berkolaborasi membantu pemerintah mencegah Karhutla di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. (Dok. YIARI Ketapang)

Ketapang – The Power of Mama begitulah mereka menamai komunitasnya. Puluhan emak-emak di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat yang tergabung dalam Komunitas ini mendedikasikan tenaganya untuk menjaga hutan desa dari ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).

The Power of Mama resmi terbentuk pada 6 Juni 2022 lalu. Dalam proses patroli di hutan, para ibu rumah tangga tersebut difasilitasi Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ketapang.

Ibu Nuraini menjadi salah seorang warga yang memilki ide membentuk the power of mama. Perempuan 53 tahun asal Desa Pematang Gadung, Kecamatan Matan Hilir Selatan itu berujar, awalnya hanya dirinya seorang yang berinisiatif membentuk komunitas tersebut, hingga akhirnya disambut positif dan difasilitasi oleh YIARI.

“Awalnya saya sendiri. Saya ajak kawan-kawan untuk bergabung, tapi saya bilang ini gajinya tidak ada. Kami sosialisasi ke masyarakat agar hutan kita hijau seperti dulu lagi, kita sama-sama jaga lingkungan” ucap Mak Anjang, sapaan akrabnya, Rabu (18/10/2023).

Nuraini menyebut, hingga kini sudah ada 90 orang ibu-ibu yang bergabung di komunitas the power of mama. Mereka berada pada enam desa, di antarnya Desa Pematang Gadung, Sungai Besar, Sukamaju, Sungai Awan Kiri, Kuala Tolak dan Desa Sungai Putri. Desa tersebut tersebar di tiga Kecamatan, mulai dari Matan Hilir Selatan, Muara Pawan dan Kecamatan Matan Hilir Utara.

“Sebelum terjun ke lapangan, kami dibekali banyak ilmu dari YIARI, cara memadamkan api, hingga menerbangkan drone, termasuk perlengkapan alat pelindung diri,” katanya.

Mak Anjang bilang, jika terjadi Karhutla parah, mereka hanya membantu pemadam dalam mendistribusikan makanan serta minuman. Mereka mengaku tak sekuat tim pemadam profesional dalam menanggulangi api.

Sementara itu, Ibu Maimunah (48) Koordinator The Power of Mama Wilayah Selatan, bercerita, usai mengurus keluarga di pagi hari, mereka baru berangkat ke hutan desa.

Satu unit kendaraan roda dua yang disiapkan YIARI mereka gunakan dengan temannya untuk memastikan api tidak muncul di wilayah hutan desa mereka. Kalau patroli gabungan, mereka menggunakan motor pribadi.

“Kami berpatroli setelah bekerja di rumah, masak, setelah antar anak sekolah. Jam 10 pagi kami ke hutan, jam 11 Istirahat, kami berangkat lagi jam 1 siang sampai pukul 15:30, hasilnya kami laporkan,” urainya.

Ibu yang biasa disapa Ibu Maimun itu bercerita, biasanya dalam sekali patroli, mereka berkeliling sejauh 10 kilometer dengan sepeda motor. Selebihnya mereka berjalan kaki di kawasan hutan desa. Tak hanya itu, mereka juga menyambangi warga dari pintu ke pintu rumah guna mengajak masyarakat tak lagi membuka lahan dengan cara membakar.

“Kami bersyukur, hingga hari ini kawan-kawan tetap kompak. Kami juga bangga dengan YIARI, banyak ilmu yang kami dapat, pelatihan memadamkan api, pertanian, hingga menerbangkan drone,” tuturnya.

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan