Talawang Kala Kini Buah Karya Zakaria Pangaribuan: Menyoal Problematika dari Ruang hingga Ekosistem

Pameran tunggal seni rupa kontemporer bertajuk “Talawang Kala Kini” buah karya Zakaria Pangaribuan di Port 99, mulai 24-26 Oktober 2023. (Dok. Istimewa)

Pontianak – Inisiatif seni rupa kontemporer buah karya Zakaria Pangaribuan menghadirkan sejumlah pesan kekinian manifestasi dalam ragam seni yang berjejer apik di Port 99, Jl. Komodor Yos Sudarso, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (24/10/2023).

Pameran tunggal seni rupa kontemporer bertajuk “Talawang Kala Kini” buah karya Zakaria Pangaribuan yang digagas Kolektif Emehdeyeh dan didukung oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII Pontianak Kalimantan Barat ini dijadwalkan akan berlangsung hingga 26 Oktober 2023.

Produksi yang dipersembahkan oleh Kolektif Emehdeyeh mengantarkan pada situasi yang jarang ditemukan pada pagelaran atau pameran seni di Kalbar khususnya Kota Pontianak. Tim Pameran Kolektif Emehdeyeh menyulap ruang hampa menjadi ruang intrepertasi dan kontemplasi. “Kalau di Kalbar masih minimnya ekosistem atau belum terbangunnya seni rupa dan ruang-ruang kesenian atau galeri masih belum ada,  jadi kita memakai ruang alternatif seperti port 99 dan cafe,” Jelas Zakaria Pangaribuan.

Zaka sapaan akrabnya, menerangkan maksud dan tujuan dalam pameran ini, Pertama ingin membangun ekosistem seni khususnya di Pontianak, kedua agar masyarakat bisa menikmati kesenian khususnya seni rupa. Dirinya berkeinginan agar masyarakat ketika melihat seni rupa, tidak mesti jauh-jauh ke luar Kalimantan seperti, Jogja dan Bali yang menjadi sentral seni rupanya ada disana.

“Jadi, kata dia, kita coba membangun ekosistem seni di Kalimantan Barat juga sebenarnya bisa, karena potensi juga seperti halnya seniman-seniman yang berada di Kalimantan Barat, cuma kurangnya projek produksi saja, tidak hanya Kolektif Emehdeyeh saja, perupa Kalbar juga sering mengadakan pameran kedepannya,” ujar dia.

Harapannya butuh support besar dari Pemerintah Kalbar. “Karena ruang-ruang kesenian disini melihat taman budaya saja itu ruangnya bisa dikatakan sudah tidak layak untuk sebuah pertunjukan, teater misalnya, dan untuk seni rupa kita kebingungan, sebenarnya ada ruang-ruang seperti museum itu belum dikatakan bagaimana menyelenggarakan seni rupa yang layak,” katanya lagi.

Lebih lanjut, Zaka menuturkan dari pameran ini merupakan suatu pancingan tentu bukan hanya dari saya sebagai seniman atau Kolektif Emehdeyeh yang membuat suatu pameran, melainkan ini memancing teman-teman seniman lain di pontianak untuk mengembangkan jiwa jiwanya agar kedepan ada kolektif baru, mereka membuat pameran baru seperti ini juga misalnya, jadi ekosistemya makin banyak. “Ayoklah kita bangkitkan biar selalu ada gelaran-gelaran seni di pontianak,” seru Zaka mengumandangkan.

Sementara itu, Riski dari Komunitas Corak Insang sebagai pengunjung memandang bahwa kegiatan pameran seni ini masih tergolong jarang di Pontianak, kalau aku melihatnya sesuatu yang berbeda di Pontianak muncul lagi.

“Aku melihat pameran ini diluar dan akhirnya aku mendapatkan ini di pontianak, kegiatan ini menurutku jarang banget ditemukan khususnya di Pontianak apalagi yang seperti ini, dan sesuatu yang aku inginkan di Pontianak akhirnya ada juga. Dirinya berharap kedepan agar pameran seni rupa lebih besar lagi,” pungkasnya.

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan