Bertajuk Talawang Kala Kini; Zakaria Pangaribuan menceritakan tentang respons semua isu yang terjadi di Kalbar

‘Tanah Api Ku Tidak Ku Lupakan’ yang merupakan ‘Tanah Air Ku yang Tidak Ku Lupakan’ karya Zakaria Pangaribuan. (Dok. Istimewa)

Pontianak – Produksi yang dipersembahkan oleh Kolektif Emehdeyeh mengantarkan pada situasi yang jarang ditemukan pada pagelaran atau pameran seni di Kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak. Tim Pameran Kolektif Emehdeyeh menyulap ruang hampa menjadi ruang intrepertasi dan kontemplasi.

Gelaran pameran tunggal seni rupa kontemporer bertajuk ‘Talawang Kala Kini’ buah karya Zakaria Pangaribuan merepresentasikan bentuk respons terhadap perusakan alam yang saat ini menjadi isu di bumi Kalimantan.

“Karya sebagian besar menceritakan tentang respons semua isu yang terjadi di Kalimantan Barat. Isu tentang konflik adat dan batinnya seorang manusia bagaimana ngerespon sebuah isu yang terjadi di Kalimantan Barat,” ungkap Zakaria Pangaribuan saat ditemui di Port 99, Jl. Komodor Yos Sudarso, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (24/10/2023).

Zaka sapaan akrabnya, menyampaikan secara simbol dirinya banyak terinspirasi oleh motif Dayak dan mitologi-mitologi budaya seperti Burung Enggang, Naga, Buaya, Bunga Terong dan banyak hal lainnya. Menurutnya, mitologi masyarakat Dayak mempunyai sebuah pengetahuan yang sangat dekat isu-isu yang terjadi di tanahnya sendiri.

Salah satu karya yang paling ingin saya kena pengunjung itu ‘Tanah Api Ku Tidak Ku Lupakan’ yang merupakan ‘Tanah Air Ku yang Tidak Ku Lupakan’ karena di Kalimantan Barat sebuah kebakaran hutan saya melihat itu sebuah kebudayaan baru yang sepertinya tidak bisa hilang dan tidak bisa lepas,” ujarnya.

Menurut Zaka, simbol dua orang yang memegang kertas pada lukisan tersebut melambangkan sebagai proyek dan bendera sebagai proyek-proyek besar yang terjadi di tanah Kalimantan. “Buaya yang merupakan kebudayaan dari masyarakat Bidayu, binatang yang sama sakralnya seperti Burung Enggang. Cuma di sini posisi buaya yang kuat bisa dibalikkan oleh orang-orang yang sebenarnya tidak kuat, Cuma pintar saja,” tambahnya.

Sindiran dan respons terhadap isu di Kalbar tersebut tidak hanya dituangkan dalam bentuk lukisan, tetapi juga sculpture yang juga syarat akan pesan.

Diketahui, Gelaran Pameran tunggal seni rupa kontemporer bertajuk “Talawang Kala Kini” berlangsung mulai tanggal 24-26 Oktober 2023 di Port 99, Jl. Komodor Yos Sudarso, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan