Pontianak – Menargetkan agar terbangunnya Sinergi Kerja Kolaborasi yang melibatkan Generasi Muda melalui Sarana Media Sosial untuk mencegah terjadinya Krisis Iklim, Eco Bhinneka Muhammadiyah Kalimantan Barat mengadakan Eco Speak bertajuk Kampanye Kolaboratif Pemuda Gaungkan Krisis Iklim, Sabtu (11/11/2023).
Kegiatan diadakan di Rumah Gesit Gemawan, Kawasan Ujung Pandang, Kota Pontianak, Kalimantan Barat dengan mengahdirkan tiga (3) orang pemantik diskusi dari Komunitas AkuBumi.id yakni Nedi, Ersa, Atna, dan Ageng, Kader Hijau Muhammadiyah Kalbar sebagai Fasilitator. Eco Speak diikuti peserta dari berbagai komunitas, jurnalis, aktivis, dan masyarakat sipil.
Titah Saputri mengatakan Eco Speak ini sebenarnya kegiatan rutinnya kawan-kawan Sahabat Ecobhinneka yang ingin punya space, dimana kawan-kawan muda dari komunitas mana saja bisa kumpul, bisa sharing program dan ide. Dimana tujuannya supaya bisa saling beradaptasi, bisa saling mencontoh dan saling menyebarkan. “Kalau kayak malam inikan, imbuh dia, temanya kampanye sosial terkait climate change, nah gimana isu ini bisa kita jadikan isu kita bersama dan disebar luaskan bersama,” terangnya.
“Adapun peserta yang hadir pada malam hari ini terdiri dari komunitas-komunitas pegiat lingkungan, dan pegiat toleransi, kemudian media yang ada pontianak dan sekitarnya,” jelasnya lagi.
Hal apa yang bisa kita gaungkan bersama melihat kondisi krisis iklim yang terjadi saat ini, Titah sapaannya, menyampaikan Krisis Iklim ini adalah sesuatu yang urgent, yang sudah harus mulai kita jadikan sesuatu urgensi bersama. “Gimana kawan-kawan memaksimalkan sosial media yang ada di jaringannya masing-masing untuk bersama sama dijadikan suatu konten kampanye efektif, khususnya menggaungkan isu krisis iklim dan digalakan secara rutin secara individu maupun komunitas kita masing-masing,” ajak pegiat Eco Bhinneka Muhammadiyah Kalbar ini.
Sementara itu, Pegiat AkuBumi.id, Nedi menjelaskan Aku Bumi merupakan suatu wadah kolaborasi anak muda yang peduli dan sadar tentang perubahan iklim dan krisis iklim yang menjadi penting dan dekat dengan kita. “Jadi, kata dia, Aku Bumi itu menurut kami adalah wadah dari suara anak-anak muda untuk menyuarakan isu krisis iklim,” terangnya.
Nedi mengatakan selama ini dan sampai hari ini Aku Bumi sementara berfokus pada hal-hal yang begitu dekat dengan kita. Krisis iklim dan perubahan iklim itu terjadi juga karena kebiasaan-kebiasaan buruk yang terkadang kita lakukan tanpa kita sadari. “Jadi, imbuh dia, kami lebih menyoroti hal-hal yang sederhana, agar kebiasaan-kebiasaan yang salah itu bisa kita perbaiki,” katanya.
Yang perlu kita perhatikan terhadap krisis iklim sekarang ini, menurut ku, kata Nedi, perlu terus kita suarakan melalui sarana arus utama media massa dan sosial media mainstream contohnya; karena secara tidak langsung kita terdampak terhadap krisis iklim itu sendiri.