Pontianak – Momentum 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) tahun 2023, Kementerian Pemberdayaan Perempuan BEM KBM Fisip Untan berkolaborasi dengan Komunitas Seni Imagi Rupa menghadirkan kegiatan kesenian bertajuk Pengarsa-arsa Paramarta in Art, Sabtu (25/11/2023).
Perhelatan yang berlangsung di Lapangan Voli Fisip Untan ini diisi dengan Pameran seni lukis dan gambar; Pameran Baju Korban Kekerasan Seksual; Penampilan Seni Teater, Solo, akustik dan puisi.
Siti Halizah, menteri pemberdayaan Perempuan BEM Fisip Untan menjelaskan mengenai kegiatan peringatan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang dikemas dengan nama Pengarsa-arsa Paramarta in art. “Pengarsa-arsa Paramarta itu artinya harapan keadilan, jadi kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk harapan keadilan tapi kami tuangkan dalam bentuk seni,” jelasnya.
Jadi, kata dia, spesial di hari anti kekerasan terhadap Perempuan di tahun ini. “Kami mengadakan kegiatan kesenian dengan tema Pengarsa-arsa Paramarta in art, terus bentuk kegiatannya juga ada pameran lukisan, gambar, baju korban kekerasan, kemudian ada tari, musik, teater, dan juga ada akustik,” terangnya lagi.
Menteri pemberdayaan Perempuan BEM Fisip Untan ini menyampaikan mulai dari pameran baju kita bisa melihat ilustrasi beberapa baju yang memang sering dipakai oleh Perempuan dan tidak menutup bahwa apapun pakaiannya itu tetap bisa menjadi korban kekerasan. Bahkan bisa kita lihat ada baju gamis, baju kantor, baju casual, bahkan almamater kampus pun itu bisa menjadi korban kekerasan, apalagi sekarang sedang marak terjadinya kekerasan seksual di kampus.
“Tujuan diadakannya kegiatan ini terkhusus untuk mahasiswa fisip dan juga mahasiswa se-kota Pontianak boleh hadir supaya mendapat knowledge baru tentang ternyata aku harus membentengi diri pribadi atau personal,” katanya.
Dalam kegiatan ini seperti lukisan berkolaborasi dengan imagi rupa yang merupakan komunitas seni rupa mahasiswa, terus untuk tulisan tulisan yang digantung itu merupakan bentuk kekerasan verbal yang biasa dialami oleh Perempuan.
“Setelah kegiatan ini terutama Perempuan-perempuan di Kota Pontianak, mahasiswa, maupun semuanya bisa peduli terhadap diri sendiri gimana caranya membentengi diri untuk terhindar dari kekerasan seksual, fisik, maupun verbal,” ujar Siti.
Para pengunjung yang datang tampak terpukau menyaksikan penampilan teater, solo, akustik, puisi, tari dan pameran yang disuguhkan pihak penyelenggara. Yogi salah satu pengunjung mengatakan acara ini termasuk bagus karena secara tidak langsung itu mengekspresikan, suatu perempuan yang mengalami kekerasan yang terjadi di kampus, dunia kerja, dan rumah tangga.
“Bahwa perempuan itu tidak harus diam kalau terjadi kekerasan dalam kehidupan, setidaknya perempuan itu harus berani mengungkapkan ketika terjadi sesuatu yang tidak bagus menimpa dirinya. Perempuan jangan takut bersuara supaya kita semua setara,” ujarnya.