Aktivitas Muhammadiyah Kalbar Harus Terintegrasi Dengan Isu Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim

Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PWM Kalbar memaparkan program kerjanya untuk 5 (lima) tahun mendatang pada agenda RAKERPIWMIL. (Dok. Istimewa)

Kubu Raya – Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PWM Kalbar memaparkan program kerjanya untuk 5 (lima) tahun mendatang pada agenda RAKERPIWMIL yang dilaksanakan di Aula Pusat Dakwah Muhammadiyah Kalimantan Barat, Kabupaten Kubu Raya, selasa (12/12/2023).

Mengenai landasan rencana strategis MLH PWM Kalbar, kita mengacu pada pokok pikiran dan agenda strategis yang dirumuskan pada Rakernas MLH PWM seluruh Indonesia di Jakarta, yang dilakukan oleh MLH PP Muhammadiyah, kata Ketua Majelis Lingkungan Hidup PWM Kalbar, Hermayani Putera.

Kita mencoba mengidentifikasi, dan menurunkannya itu sesuai dengan kebutuhan kita di Muhammadiyah Kalbar. Ada beberapa perlu semacam pengarusutamaan isu-isu lingkungan hidup, perubahan krisis iklim terintegrasi di dalam gerak semua langkah, baik kegiatan maupun aktivitas di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah se-Kalbar.

“Kita tahu bahwa isu lingkungan ini tidak bisa diatasi sendiri maka perlu mengidentifikasi pihak eksternal jadi harus lintas wilayah, lintas sektor, dan lintas aktor,” paparnya menjelaskan.

Ketua Majelis Lingkungan Hidup ini juga memperhatikan dari isu lingkungan di sektor pendidikan, kemudian penyadartahuan lingkungan juga harus di selaraskan dengan pendidikan itu bisa bagaiamana memastikan muatan lokal di sekolah-sekolah Muhammadiyah mulai dari jenjang paling bawah sampai perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘aisyiyah memasukan isu seperti kerusakan lingkungan dan krisis iklim.

Selain itu, di aspek transisi energi Hermayani menejelaskan transisi energi menjadi strategi yang bisa kita mulai dari hal kecil missal ada masjid, AUM, dan kantor Muhammadiyah jika ada perlahan mulai mengadopsi prinsip green office atau green building. “Tidak hanya penyediaan energinya yang ramah lingkungan melainkan, kata dia, karena kita cukup punya untuk menghitung panel-panel ketika menangkap potensi energi surya itu di lingkungan persyarikatan,” urainya.

Kemudian, sambung Hermayani, juga air kita harus sudah mulai merancang dari setiap upaya membangun infrastruktur bangunan di Muhammadiyah itu, katanya, “pengelolaan air yang terintegrasi misalnya untuk keperluan sehari-hari itu bisa diolah ada proses instalasi yang terjangkau secara teknologi itu bisa dipakai ulang lagi seperti untuk menyiram tanaman atau keperluan yang lain,” ujar dia.

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan