Pontianak – Ruang-ruang diskusi yang inovatif sesuai dengan arah SEKA dalam melakukan aksi sosial dengan upaya merawat kerukunan dalam aksi–aksi penyelamatan lingkungan. SEKA juga melakukan gerakan dalam membangun komunitas yang tangguh dan inklusif di mana para pelaku agama menjadi pendukung berkelanjutan Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan (Freedom of Religion or Belief/FoRB) dan perdamaian antar agama, melalui EcoBhinneka.
Dalam upaya mewujudkan kerukunan umat beragama yang berdampak pada kelestarian lingkungan, Sahabat ECO Bhinneka (SEKA) Muhammadiyah ECO Bhinneka Muhammadiyah Kalimantan Barat menggelar Sekolah SEKA ECO Bhinneka Muhammadiyah bertajuk “Kader Kerukunan dan Lingkungan”. Acara yang digelar selama dua hari, mulai tanggal 22-23 Juli 2023 ini, berlangsung di Hotel Harris, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, melibatkan berbagai organisasi kepemudaan, lintas agama, dan sekolah.
Dalam sambutannya Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat, Uray M Amin mengatakan pelaksanaan sekolah ecobhineka pada hari ini, ialah moment yang tepat sekali karena Muslim kini masuk di tahun baru hijriyah 1445. Hijriyah yang dimaknai sekarang kita mencoba menggeser beberapa hal.
Dalam tahapan praktek, imbuh Uray, dulu individual sekarang kita sudah komunal. Terbukti sudah tidak individu lagi, muhammdiyah mengajak lintas iman untuk memikirkan ekosistem kita.
“Keseimbangan alam perlu dijaga seperti pengurangan plastik, memikirkan bagaimana menggunakan barang yang bisa di daur ulang. Titik tekan kita bukan hanya lingkungan melainkan kejiwaan. Lintas iman ini tidak hanya muslim melainkan banyak agama. Hal ini memerlukan kesepakatan yang luas,” ujarnya.
Uray menyampaikan bahwa gradasi kebijakan pemerintah terjadi saat ini. Sebagai contoh, di Srilanka ada menteri khusus tentang kelapa. Di Indonesia, dalam kementerian terjadi kondisi dimana adanya pembagian pengelolaan kelapa.
Ketika kelapa di petik maka kelapa akan mengelola banyak manfaat. Dalam SEKA, jangan sampai kita menggunakan bahan karbon yang panjang kan berproses panjang dalam tubuh kita.
“Proses karbonisasi air ekelapa tadi dan tempurung kelapa bisa menjadi arang aktif. Di tahun 2009 industri arang aktif di Kalimantan Barat tidak berfungsi lagi padahal arang aktif bisa digunakan sebagai media industri yang mampu menghilangkan bau racun. Padahal, industri pertambangan baiknya di sirkulasi dengan arang aktif,” paparnya.
Kebijakan pemerintah tidak mampu menumbuhkan kelapa, kalau pemerintaan consent dengan depot air minum saja bahkan sampai sekarang tidak terkonrol.
“Betapa banyak rantai makanan yang bisa hidup, sekarang kelapa digantikan dengan sawit. SEKA ini juga memikirkan rantai karbon,” tambah Uray.
Lebih lanjut, Uray menuturkan hal-hal seperti SEKA dan pemerintah perlu saling peduli. Mudah-mudahan suara kita di dengar karena lintas iman, bahwa kita punya tanggung jawab yang tinggi, sehingga bisa kita jalankan sama-sama.
“Untuk lebih tajamnya ini perlu disuarakan berulang-ulang ibarat kapas yang kena terpaan angin maka harus terus dihembuskan agar terus bersuara kemudian aktualisasikan. Misalnya kunjungi tempat pembuatan mie, pembuatan air minum, libatkan pemerinta. Mudah-mudahan SEKA betul-betul bisa menjadi suara untuk hal kecil dan kebijakan pemerintah pun mampu tergradasi,” katanya lagi.
Disela-sela kegiatan, Regional Manager Eco Bhinneka Muhammadiyah Octavia Shinta Aryani menjelaskan bahwa SEKA telah berdiri selama setahun dan berhasil menciptakan harmoni di tengah-tengah perbedaan agama dan budaya. Salah satu langkah nyata yang diambil oleh SEKA adalah mengolah sampah menjadi produk yang berguna bagi manusia. Dengan pendekatan kreatif dan inovatif, sampah yang sebelumnya dianggap sebagai masalah lingkungan berhasil diubah menjadi sumber daya yang bermanfaat.
Kami sangat bangga dengan kemajuan SEKA dalam menjaga kerukunan antarumat beragama dan merawat lingkungan. Melalui pengolahan sampah yang kami lakukan, kami berupaya memberikan contoh bagi masyarakat bahwa limbah bisa dimanfaatkan secara bijak dan bertanggung jawab,” ujar Octavia.
Dalam upaya mengembangkan sekolah yang berfokus pada pelestarian lingkungan, SEKA Kalimantan Barat mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan Pemerintah Kota Pontianak. “Dukungan ini menjadi pendorong semangat SEKA untuk terus berkontribusi dalam mengatasi permasalahan lingkungan dan memperkuat kerukunan di masyarakat,” imbuh dia.
Dikatakan Octavia, Kegiatan selama dua hari tersebut diisi dengan serangkaian diskusi, lokakarya, dan kegiatan lapangan terkait lingkungan hidup serta kerukunan antarumat beragama. Para peserta aktif berpartisipasi dalam diskusi, bertukar ide, dan merencanakan langkah-langkah konkret untuk menghadapi tantangan masa depan.
“Melalui kegiatan ini, SEKA Eco Bhinneka Muhammadiyah menegaskan komitmennya untuk terus berkontribusi positif bagi lingkungan dan masyarakat. Keberhasilan SEKA dalam merawat kerukunan umat beragama dan lingkungan hidup menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan lainnya untuk turut ambil bagian dalam menjaga keberagaman dan kelestarian alam demi masa depan yang lebih baik,” pungkasnya.