Petani Gambut Asal Kalbar Mengikuti Pelatihan “Kader Terampil Sekolah Lapang Petani Gambut” di Yogyakarta karena berhasil mengembangkan demplot pertanian lahan gambut tanpa bakar

Petani Gambut Asal Kalbar Mengikuti Pelatihan “Kader Terampil Sekolah Lapang Petani Gambut” di Yogyakarta. (Dok. Istimewa)

Pontianak – Sebanyak 5 (lima) petani gambut asal Kalimantan Barat Muniri, Siti Fariati, Marjuin, Muhaimin, dan Karim mengikuti pelatihan Training of Facilitator (ToF) Kader Terampil Sekolah Lapang Petani Gambut bertempat di Balai Diklat Kesejahteraan Sosial, Kota Jogyakarta yang diselenggarakan oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove bekerjasama dengan Pusat Diklat SDM LHK selama 4 (empat) hari tanggal 28–31 Agustus 2023.

Pelatihan Kader Terampil SLPG bertujuan membangun kemandirian petani gambut melalui pertanian terintegrasi dengan peternakan dan perikanan serta mengembangkan inovasi lokal pengembangan pupuk padat dan pupuk cair secara alami.

Selanjutnya para kader akan siap menjadi fasilitator pembelajaran bagi petani gambut di tempatnya masing-masing. Para peserta pelatihan tersebut sebelumnya telah mengikuti Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG) tingkat dasar dengan materi diantaranya ekosistem lahan gambut, pengelolaan lahan tanpa bakar, pertanian alami di lahan gambut, budidaya pertanian di lahan gambut dengan tujuan dapat menerapkan teknik Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) dengan menggunakan sumberdaya lokal.

Setelah pelatihan dasar, kader SLPG bersama-sama anggota kelompok mempelajari kembali dan mempraktekkan berbagai inovasi cara bertani pada lahan gambut yang telah diperoleh selama pelatihan. Proses pembelajaran berupa praktik pembangunan demplot percontohan PLTB. Komoditi yang kembangkan diantaranya tanaman pangan atau buah-buahan.

Para kader dasar sekolah lapang petani gambut yang mengikuti pelatihan TOF merupakan kader yang komitmen dan berhasil dalam pelaksanaan SLPG serta pengembangan demplot pengelolaan lahan gambut tanpa bakar dengan menggunakan berbagai nutrisi tanaman secara alami bersama kelompoknya.

Harapannya setelah mengikuti pelatihan ini peserta menjadi kader terampil pengelola kegiatan sekolah lapang di provinsinya masing masing dan dapat memfasilitasi proses pembelajaran terhadap petani gambut secara efektif pada penyelenggaraan Sekolah Lapang Petani Gambut.

Budiyanto selaku Kepala Sub Kelompok Kerja Sosialisasi dan Pelatihan BRGM menyampaikan bahwa pelatihan ini adalah bagian dari upaya pemulihan ekosistem gambut melalui edukasi perubahan perilaku.

“Perubahan agroekologi gambut perlu direspon dengan kemampuan masyarakat mengembangkan inovasi pengelolaan gambut yang tepat, dimana pengetahuan tradisional dan inovasi yang ada perlu mendapatkan tempat untuk saling dipertukarkan dan dikembangkan,” katanya.

Dengan kata lain para petani peserta pelatihan ini diharapkan dapat memanfaatkan lahan gambut dengan teknik pertanian alami dan pengelolaan lahan tanpa bakar di lahan gambut guna menunjang pendapatannya dari hasil bertani, tambahnya.

Tidak hanya itu, imbuh Budiyanto para peserta juga dibekali ilmu untuk melakukan fasilitasi pembelajaran petani dan menyebarkan pengetahuan tentang inovasi lokal bertani lahan gambut dan pengolahan lahan gambut tanpa bakar di desanya masing-masing.

“Sekolah Lapang Petani Gambut menjadi pendekatan interaktif yang bersentuhan secara langsung dengan masyarakat dalam melakukan sosialisasi, edukasi, dan aksi perlindungan serta penyelamatan ekosistem gambut pada tingkat desa,” tandasnya.

Kepala Pusat Diklat SDM LHK, Kusdamayanti menyampaikan pesan dalam sambutannya agar peserta bersungguh-sungguh dan serius mengikuti pelatihan.

“Saya harap bapak ibu mengikuti pelatihan ini dengan sungguh-sungguh, karena apa yang diberikan BRGM atas prestasi bapak ibu sesuatu yang tidak ternilai, bapak ibu diberi kesempatan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi sebagai kader sekolah lapang petani gambut,” jelasnya.

Tidak hanya keterampilan dan ilmu untuk bapak ibu sendiri, tapi bapak ibu bisa mengajarkan ilmu yang bapak ibu punya ke tetangga bapak ibu di rumah, mengajak tetangga dan saudara untuk tidak membakar dan menerapkan ilmu yang didapat dari pelatihan ini.

“Petani gambut dan masyarakat ditingkat tapak merupakan bagian terpenting dalam upaya perlindungan dan pemanfaatan ekosistem gambut, sehingga perlu mendapat dukungan dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM),” pungkas Kusdamayanti.

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan