Pontianak – Aksi penghijauan bagi-bagi bibit tanaman, kolaborasi antara Sekolah Alam Terpadu Cerlang dan Ecobhinneka Muhamadiyah Kalbar, di Pelataran Mega Mall Ayani, Minggu (29/10/23), disela-sela aksi kami berbincang ringan dengan penggagas sekolah cerlang, Sri menjelesakan mengenai keunikan busana yang dipakai oleh anak-anak cerlang.
Jadi, imbuh dia, “kami punya program itu memang hari kostum, dimana kita minta anak itu bekerja sama dengan orang tua untuk membuat kostum dengan kreasi mereka masing-masing, dengan semaksimal mungkin, dan sebanyak mungkin bahan bekas yang mereka gunakan,” jelasnya.
Dalam hari kostum ini, sambung Sri, cerlang mencoba menginisiasi memadu padankan bahan bekas agar menghasilkan satu karya berupa busana unik bersumber dengan bahan bekas. “Jadi kalo misalnya dia menggunakan yang bukan bekas misalnya plastik baru, nanti dia dapat challenge tambahan sesudah dia pakai kostum ini plastik-plastiknya mau diapain, tetep tidak behenti di kostum aja tapi harus terus di dayagunakan atau dipake ulang,” katanya.
“Ini tujuannya selain untuk kreativitas dan have fun tapi juga untuk membangun supaya ada komunikasi positif di dalam keluarga, jadi bisa membangun quality time antara anak dengan orang tua,” tambahnya.
Dikatakan Sri, Belajar merupakan ruang proses, dalam situasi sekarang kita menghadapi peristiwa dimana seluruh aktivitas sehari-hari nyaris serba instan, misalnya ketika kita lapar cukup dengan gawai pintar, kita bisa memesan di aplikasi penyedia makanan online, tunggu belasan hingga puluhan menit makan akan tiba dan siap di santap, imbuh dia, Kita bisa membayangkan satu fenomena konsumerisme dalam tataran pengelolaan kearifan pangan.
Bagi bibit ini sebenarnya kita mau mengajarkan anak tentang proses, anak-anak kan sekarang ini semuanya serba instan nih, jadi mereka harus belajar mengerti tentang proses, disitu mereka lebih menghargai proses daripada hasil, yang mereka lakukan ini memang dari awal,” paparnya.
Lebih lanjut, Sri menyebut, judul kegiatan ini dari dapur dan halaman rumahku ke halaman rumahmu jadi mereka mengumpulkan biji-bijian yang ditemukan di dapur ibunya, jadi misalnya cabe biasanya yang paling banyak, ada yang lain juga seperti timun, tomat, kemudian di halaman rumahnya ada daun telang pokoknya apa aja deh.
Biasanya kalau dirumah kan jadi toga ya tanaman keluarga, itu mereka bawa, mereka semai terus mereka rawat dan mereka pantu terus itu sampai siap. “Jadi ini program yang sudah dimulai sejak 2 bulan lalu, ketika mereka memilih bibit, nah hari ini sudah cukup besar bibitnya jadi sudah ada yang berdaun lima nah itu mereka sudah bisa bagikan hari ini, jadi lebih intinya disitu tapi dari belajar proses ini anak belajar,” urainya.
Ketika mereka membagikan bibit mereka belajar public speaking jadi intergreated learning itu memang dari projek-projek seperti ini, nah kebetulan kalau Kurikulum Merdeka mereka mengatakan p5 tapi sebenarnya program ini sudah kami kerjakan sejak dulu. Jadi kalau di cerlang kami mengembangkan Pendidikan terintegrasi atau inetrgreated learning jadi enggak yang terpisah-pisah jadi kayak satu hal itu, jadi itu bisa belajar banyak,” timpalnya.
Sri berharap dalam situasi sekarang khususnya untuk anak-anak, lingkungan, dan masa depan umumnya, kan pameran gerakan di internal sekolah, kalau menurut kami belajar itu tidak hanya terbatas di ruangan gedung atau ruang kelas, nah makanya kami mengajak anak-anak dan orang tua untuk terlibat dalam aksi langsung membagikan bibit ini. Jadi agar lebih banyak dan lebih luas tertularnya semangat untuk menghijaukan lingkungan. Kita sama sama tanam, mereka mendorong masyarakat luas untuk sama-sama menghijaukan lingkungan Pontianak supaya tidak makin panas.
Ayok kita mulai menghijaukan halaman rumah kita masing-masing di sekolah atau halaman rumah dari situ kita banyak belajar banyak hal sekaligus melestarikan lingkungan, tunggu projek kami berikutnya ya dari kebun ke meja makan,” tutup Sri mengumandangkan.