Pontianak – Kegiatan sekolah SEKA EcoBhineka Muhammadiyah Kalbar Melalui pelatihan Eco Enzyme peserta diajak agar lebih tajam melihat persoalan untuk mengatasi lingkungan. Eco Enzyme merupakan hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.
Eco Enzyme Nusantara merupakan komunitas sosial dan lingkungan ini telah membentuk jaringan di 27 provinsi di Indonesia, ada pengurusnya. Melalui Hengky penggiat Eco Enzyme Nusantara yang berada di Kalbar menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut, pada Sabtu (22/07/2023).
“Kenapa harus ecoenzyme: sampah organik jumlahnya sangat besar, banyak sisa sampah sayur dan buah di TPA yang tidak didaur ulang sehingga akan berlendir dan menyebabkan bau. Bumi yang dihuni kita harus berebutan dengan sampah,” imbuh Hengky.
Pemerintah sekarang masih belum mampu mengelola sampah, ini bisa menjadi kesempatan bagi kita utuk menyelesaikan sampah dari rumah masing-masing. TPA di Pontianak khususnya makin hari makin menggunung, kita perlu mengenal jenis sampah dan boleh turut mengembangkan Bank Sampah,” tambahnya.
Lebih lanjut, Hengky berujar, jelas bahwa sampah hingga hari ini masih jadi persoalan yang tidak sederhana. Mulai dari asal usul sampah, perjalanan sampah, bahkan akibat dari sampah. Tentu dengan hal ini mendorong kita untuk melakukan perubahan kecil yang berdampak luas. Kedepan agar kesadaran kolektif ini makin terus digelorakan dan dikampanyekan demi kesalamatan bumi.
Dengan membuat eco enzyme kita bisa mengurangi TPA yang menumpuk. Bahan bahan pembersih mengandung kimia dan bahan kimia akan berpengaruh pada kesehatan dan lingkungan. Kalau bahan kimia membawa ke saluran air, residunya akan merusak ekosistem alam. Ecoenzyme bisa mengurangi bahan kimia rumah tangga.
“Silahkan coba sendiri karean sains antara yang dilihat dengan yang dicoba akan berubah. Kemasan produk akan mencemari lingkungan yang menciptakan gunungan sampah. Eco enzyme mampu mengurangi produksi limbah kimia sintetis dan sampah plastik sisa kemasan produk rumah tangga pabrikan,” Sambung Hengky.
Peserta dari berbagai latar lintas agama sangat bersemangat dan antusias dalam materi ecoenzyme. Hal ini nampak dari berbagai respon selama materi tersebut berlangsung. Karena mulai dari bahan dasar untuk pembuatan ecoenzyme mudah dijangkau serta pembuatan yang tidak ribet.
Ryan salah satu peserta menuturkan setelah mengikuti materi kelas ecoenzyme penyadartahuan sekaligus pembimbingan, Pendidikan yang dibutuhkan terkait bagiamana untuk agar limbah organik itu bisa berguna maka materi ecoenzyme sangatlah membantu. Maka saya sangat berterima kasih kepada kawan-kawan ecoenzym Nusantara yang telah berkanan untuk memberikan materi pada sekolah SEKA Ecobhineka Muhammadiyah Kalimantan Barat pada hari ini, imbuhnya.
Ia juga menambahkan kontribusi nyata yang secara spesifik bisa sahabat-sahabat lakukan banyak, seperti pemanfaatan limbah organik untuk dijadikan media tanaman dan pupuk. Sehingga dapat mengurangi penggunaan limbah organik agar sama-sama kita kedepan menekan laju perubahan iklim yang makin tidak menentu. Sehingga sangat penting pelatihan ecoenzym tesebut. Tentu kita semua bersepakat bahwa kerukunan manusia di dasari dengan semangat menjaga lingkungan,” ucap Ryan.
Dikesempatan yang sama juga disampaikan oleh salah satu peserta lainnya, Ninda mengatakan Eco enzyme sendiri sebenarnya sudah pernah kami praktekan di sekolah bersama anak-anak tetapi belum berhasil. Setelah dijelaskan oleh pak Hengky tentang materi ecoenzyme tadi ternyata ada tahap-tahap tentang pembuatan ecoenzyme ternyata kami ada bagian yang salah dalam melakukannya.
Seperti komposisi bahan, media, dan proses membuatnya, tapi sekarang saya sudha paham dan berencana akan membuat riset bersama anak-anak cerlang tentang ECO enzyme tersebut. Karena kontribusi yg saya lakukan saat ini adalah: meningkatkan pemahaman tentang agama lain dan keberagamannya, memiliki rasa menghargai atas perbedaan tersebut, meningkatkan partisipasi dalam kegiatan lintas agama,” tutur Ninda.
Menjadikan semangat dan merawat gerakan memproteksi lingkungan seraya membungkus kebhinekaan ini akan menjadi pergerakan besar. Dengan demikian kegiatan apapun yang terhubung seputar merawat kerukunan dan menjaga lingkungan. Bukan aktivitas sebagian kelompok tertentu melainkan kesepakatan bersama.