Pontianak – Sebuah Film Dokumenter berjudul “Climate Witness” besutan Voices for Just Climate Action Indonesia (VCA Indonesia) menjadi topik diskusi dan pembicaraan di kegiatan bertemakan; “REDAKSI atau Ruang Edukasi dan Diskusi yang Menginspirasi”.
Kegiatan yang diprakarsai Jagak Himbak ini digelar di dua titik yaitu SMAN 1 Sengah Temila, Kabupaten Landak dan Ruang Teater Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII Kalbar, Kota Pontianak, pada 11-12 Juli 2024.
“Film dokumenter berdurasi kurang lebih 50 menit ini akan menceritakan tentang empat sosok inspiratif dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya Kupang dan Kabupaten Sumba Timur yang telah melakukan berbagai inisiatif aksi iklim mulai dari pengelolaan hutan mangrove, pendampingan warga pesisir terdampak, kearifan lokal masyarakat adat hingga keterlibatan anak muda dalam memberikan edukasi di lingkungan sekitarnya,” tutur Markus, Chief of Event and Partnership Officer Jagak Himbak menceritakan.
“Sebagai salah satu miniatur Indonesia, wilayah kepulauan dan beragamnya budaya, suara dan aksi iklim NTT yang terdiri dari pulau-pulau Flobamoratas (Flores, Sumba, Timor, Rote, Alor, Lembata, Adonara, Sabu) dapat menjadi pembelajaran bagi daerah lain dengan amplifikasi ke nasional dan potensi replikasi inisiatif ke daerah lain,” sambungannya.
Adapun pihak yang ikut terlibat, pertama di SMA Negeri 1 Sengah Temila berbagai komunitas turut serta dalam kolaborasi ini, diantaranya Komunitas Siswa Pecinta Alam (SISPALA) serta panitia PPDB SMAN 1 Sengah Temilah, World Clean Day Landak, LindungiHutan Landak dengan melibatkan sekitar 300 siswa sebagai peserta nobar.
Kemudian, di Pontianak kita kolaborasi dengan Gaung Muda Indonesia, komunitas orang muda yang juga bergerak dalam berbagai isu sosial dan gerakan orang muda di Pontianak. “Ada tiga organisasi turut menjadi pemantik dalam diskusi, yaitu Keep Earth Borneo, Susur Galur, dan Forum Anak Kalimantan Barat. Lebih dari 30 orang peserta berasal dari berbagai komunitas, organisasi, dan media hadir dalam pelaksanaan diskusi dan nobar tersebut,” bebernya.
Lebih lanjut, Markus menyampaikan, REDAKSI atau Ruang Edukasi dan Diskusi yang Menginspirasi, merupakan ruang temu menjadi wadah untuk saling belajar dan inspiratif bagi orang muda, selain itu menjadi ruang memperkenalkan tentang isu lingkungan dan urgensi-nya. “Paling penting adalah melibatkan mereka dalam sebuah kampanye/challenge aksi kecil yang dapat mereka lakukan untuk mengurangi krisis iklim,” ujarnya.
Pihaknya berharap, lebih banyak lagi orang muda memahami tentang krisis iklim yang sedang terjadi, mereka dapat terinspirasi dengan langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, dapat memberi ruang untuk berjejaring dan bertukar pengalaman serta pengetahuan sesama sukarela dan komunitas di Kota Pontianak. “Terakhir, ini dapat menjadi pemantik kepekaan orang muda terhadap isu lingkungan dan wadah untuk menjalankan aksi sebagai bentuk rasa kepedulian terhadap lingkungan,” ucap Markus.
Markus berujar, Kita percaya bahwa langkah kecil hari ini akan berdampak pada bumi. Maka tidak akan berhenti mengajak teman-teman semua untuk terus melakukan aksi dengan langkah-langkah kecil dan berdampak seperti pengurangan penggunaan plastik, kemudian meminimalisir limbah makanan. Menanam pohon dan melestarikan pangan lokal, kemudian satu hal penting juga yang disampaikan oleh narasumber dalam diskusi adalah membiarkan hewan-hewan yang hidup di alam tetap hidup di habitatnya.
“Terus kita juga bisa mulai dengan langkah kecil seperti selalu membawa botol minum sendiri dan kantong belanja. Gerakan ini juga bisa dimulai oleh gerai-gerai coffee shop, mengingat budaya ngopi orang Pontianak juga tinggi,” ajaknya.
“Terakhir, tentu gerakan untuk terus mengajak publik turut dalam aksi menjaga hutan, menjaga bumi kita dapat dilakukan dengan hal-hal yang menarik seperti melalui seni dan pendekatan kebudayaan,” timpalnya mengakhiri.