Diplomasi Kuliner, Perekat Kerukunan

Peter Kariuki Munene selaku CEO F2A beserta rombongan saat mencicipi kuliner dan menaiki kapal wisata sambil menulusuri keindahan sungai kapuas. (Dok. Istimewa)

Pontianak – Peter Kariuki Munene selaku CEO F2A saat melakukan kunjungan ke Keluarga Besar Muhammadiyah Kalimantan Barat, pada Rabu (18/102023), tidak lupa dia beserta rombongan menyempatkan diri untuk mencicipi kuliner dan menaiki kapal wisata sambil menulusuri keindahan sungai kapuas.

Kapal wisata yang menjadi salah satu penghidupan masyarakat tepian sungai. Tonggak transformasi ekonomi masyarakat Pontianak yang awalnya menggunakan sampan sebagai moda transportasi, sekarang sudah perlahan nyaris hilang. Peralihan model awak perahu ini sebagai bentuk inovasi dan menyesuaikan zaman sebagai jawaban atas ekonomi kreatif yang dikembangkan oleh masyarakat.

Dalam menyusuri sungai kapuas rombongan yang hadir memberikan sekilas pandangan mengenai problem lingkungan yang kita hadapi dan solusi pasti untuk minimal mengurangi atas dampak lingkungan.

Samsul yang merupakan bagian dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat menyebut kuliner merupakan salah satu elemen perekat masyarakat yang belum mendapat perhatian, studi mengenai diplomasi makanan tergolong langka, bila dihubungkan dengan pengaruhnya pada pengembangan kerukunan dan toleransi umat beragama khususnya di kalimantan barat.

“Diplomasi kuliner dapat di artikan sebagai penggunaan makanan dan masakan sebagai orkestrasi pemahaman lintas budaya dengan harapan meingkatkan kerjasama,” jelasnya.

Diplomasi kuliner sebagai aspek pembentuk kerukunan umat beragama dalam optik budaya dan bisnis. Hal ini sudah secara alami dibentuk oleh penduduk dan dirawat secara turun temurun sebagaia kearifan lokal masyarakat. “Yang terjadi di singkawang misalnya, ada penjual kue khas etnis tionghoa dan waiternya perempuan menggunakan jilbab, ataupun pemilik lahan beragama muslim dan penjual dari etnis Tionghoa dan lainnya,” tambah Samsul.

Memahami diplomasi kuliner tidak hanya dikaitkan pada hubungan diplomatik antar negara dalam hubungan kerja sama, melainkan diplomasi kuliner ini sebagai kekuatan lunak yang membentuk sikap saling percaya dan memahami melalui keamanan konsumsi, pertukaran bisnis, dan pertukaran budaya,” katanya lagi.

Diakhir, Samsul menerangkan, diplomasi kuliner bisa menjadi salah satu alternatif kekuatan baru sebagai usaha perdamaian dunia. 

“Melalui makanan, tuturnya, interaksi sosial dibangun guna menghadirkan peningkatan kerjasama, mengubah sikap seseorang menjadi lebih meneduhkan, dan mendorong pemahaman tertentu mengenainorang lain yang lebih baik,” tutupnya.

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan