Pontianak – Jalan Gusti Hamzah atau lebih populer dikenal warga Pontianak dengan nama Jalan Pancasila yang terletak di Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, ternyata menyimpan warung kuliner khas bernama Gado-gado (warga pontianak menyebutnya pecal) dengan komposisi di dalamnya terdapat lontong, mie, bihun, kangkung, daun ubi (singkong), kecambah (touge), serta isian toppingnya ada telur dan tahu.
Warung pecal yang sudah berdiri kurang lebih selama 19 tahun ini dikenal warga pontianak dengan nama “Pecal Bibik Pancasila”. Selain, menawarkan cita rasa autentik yang mencerminkan kearifan lokal, makanan tradisional ini juga menggambarkan kedekatan masyarakat urban dengan warisan budaya.
Pecal Bibik Pancasila beralamat tepatnya di dekat persimpangan lampu merah depan Kantor Stasiun Radio Pantai Pontianak ini sangat menggugah selera, menjadi kuliner khas yang wajib dicoba.
Wiwik perempuan muda yang lama hidupnya 21 tahun ini merupakan generasi ketiga dari Pecal Bibik Pancasila. Saat ditemui di tempat usahanya, Ia menceritakan bahwa usaha jualan pecal milik keluarganya ini sudah memasuki usia kurang lebih 19 tahun.
Menurut pengakuannya, Ia mulai ikut berjualan bersama orang tuanya di tahun 2021. Awal mula sebelum dipercaya oleh orang tuanya untuk menjalankan usaha milik keluarganya, Ia dilatih mulai dari hal-hal kecil seperti mencuci piring, memotong sayur, menghitung duit dan sembari menjalankan tugas dari orang tuanya, Wiwik diajarkan oleh sang ibu cara membuat pecal dengan resep yang khas milik keluarganya.
Seiring berjalannya waktu, tepatnya di tahun 2023, Ia mulai dipercaya untuk perlahan menggantikan peran ibunya di tempat usaha pecal milik keluarganya.
Wiwik menyampaikan, untuk harga gado-gado ditempatnya mulai dari 13.000 (porsi biasa), 16.000 (porsi jumbo), dan 18.000 (porsi komplit). Untuk komposisi yang terdapat pada pecal miliknya antara lain lontong, mie, bihun, kangkung, daun ubi, dan kecambah, serta isian topping itu ada telur dan tahu. Dengan harga per telurnya itu 4.000, dan untuk tahunya 1.000.
“Untuk jam beroperasinya itu, kata Wiwik, bukanya dari jam 5 sore dan tutupnya jam 3 pagi. Dan untuk jumlah porsi yang mampu dijual dalam satu hari itu sih tidak menentu, karena kita tidak bisa menghitung jumlah porsinya, intinya pendapatan yang bisa diperkirakan dalam satu hari itu sekitar satu juta lebih bersihnya, kadang juga bersihnya bisa mencapai 1,5 juta hingga 1,6 juta,” kata Wiwik.
“Ketika pandemi Covid-19 kemarin itu pendapatan menurun drastis dari yang normal 1 juta lebih, jadi 700 ribu sampai 600 ribu. Jadi memang pas Covid-19 kendala jualan sangat terasa, dari yang biasanya jualnya lebih lama, ini jadi lebih singkat. Karena, jualan tidak bisa lebih malam, jam 10 sudah tutup,” sambungnya.
Wiwik menyebut, Alhamdulillah usaha dari menjual pecal ini sangatlah membantu perekonomian keluarga, karena mamak juga kan memiliki tanggung jawab untuk menghidupi dua orang anak.
“Kalau saya ini, dikatakan Wiwik, bisa dibilang Generasi ketiganya Bibik Pecal Pancasila. Untuk yang pertama itukan nenek namanya Salamah dan umurnya sekarang berkisar 70 tahunan, yang kedua itu Mamak namanya Rusmawati umur berkisar 40 tahunan,” ungkapnya.
Ia mempunyai cita-cita dan keinginan mengembangkan usaha milik keluarganya agar bisa dikenal dimana-mana, biar orang lain juga bisa tahu, setiap tempat atau daerah itu tahu, tidak cuma di Pancasila aja.
“Maunya itu disemua daerah harus ada. Tepat jualan ini kan, kata Wiwik, dikenal orang dengan nama Pecal Bibik Pancasila. Saya berkeinginan ada cabang lain di daerah lain, misalnya sudah kecapaian nih buka cabangnya di Kota Baru, nah nama cabangnya itu juga tetap kita pakai nama Pecal Bibik Pancasila cabang Kota Baru. Dan misalnya buka cabang lagi di daerah-daerah lain tetap pakai nama Pecal Bibik Pancasila, intinya kalau buka cabang dimana-mana harus pakai nama Pecal Bibik Pancasila,” kata Wiwik sembari mengakhiri.