Sambas – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Barat masih berlangsung. Meskipun titik api berkurang karena sempat diguyur hujan, komunitas masyarakat dan Masyarakat Peduli Api (MPA) masih bekerja memadamkan api di berbagai titik di Kalbar.
“Di Kabupaten Sambas, kami bekerjasama dengan para pihak setempat untuk mendukung aktivitas kawan-kawan MPA dan komunitas masyarakat yang memadamkan api,” terang Deddy Wahab, community organizer Gemawan di Sambas, Rabu (06/09/2023).
Deddy menerangkan, saat ini ia berfokus mendukung MPA di Kecamatan Teluk Keramat, Tangaran, dan Tekarang.
“Berdasar data yang kami peroleh dari ketua MPA di tiga kecamatan tersebut, diperkirakan seluas 758 hektar lahan terdampak kebakaran,” tambahnya.
Karhutla ini menyebabkan polusi asap yang menyebar hingga ke berbagai wilayah Kalbar. Berdasarkan data yang dihimpun dari IQAir, kota-kota di Kalbar bahkan sempat masuk daftar 10 besar kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia.
“Waktu itu kami sempat mengamati Pontianak, Mempawah, dan Terentang masuk dalam daftar 10 besar kota di Indonesia yang kualitas udaranya buruk,” paparnya.
Jika berlarut, terang Deddy, asap karhutla yang menyebar ini tidak hanya membahayakan kesehatan manusia, tetapi juga menyulitkan Indonesia memenuhi target NDC 2030.
“Kita punya target ambisius pengurangan emisi GRK berdasarkan NDC Indonesia. Karhutla justru melepaskan emisi dengan jumlah yang sangat besar ke udara. Tentu ini berisiko meningkatkan pemanasan global,” ucapnya.
Menurut Deddy, komunitas masyarakat dan MPA harus mendapatkan dukungan penuh dari berbagai pihak untuk memadamkan api. Gemawan menggalang dukungan dari komunitas masyarakat untuk membantu MPA. Bantuan yang dikumpulkan tidak hanya berupa uang, tapi juga berbentuk makanan dan sebagainya.
“Hari ini kami menyalurkan bantuan dari kelompok perempuan mitra kami di Desa Sagu. Mereka memberikan bantuan logistik. Kemarin kami menyalurkan bantuan dana untuk sejumlah MPA. Meski tak besar, mudah-mudahan bisa membantu kerja-kerja MPA,” harap Deddy.
Aksi rakyat bantu rakyat ini merupakan inisiatif kolektif karena kesadaran bahwa bencana iklim tak pernah mungkin bisa dihadapi seorang diri. “Kita semua bisa berkolaborasi melakukan aksi iklim, agar inisiatif ini teramplifikasi dan bandul perubahan bergerak lebih cepat,” himbaunya.