Teater Komsan Sihir Penonton Dengan Pertunjukan Apik Sarat Permasalahan yang terjadi sekarang

Komsan IAIN Pontianak menggelar pementasan teater bertajuk “Demo-Kreasi” di Aula Abdul Rani, IAIN Pontianak. (Dok. Istimewa)

Pontianak – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Komunitas Santri (Komsan) IAIN Pontianak menggelar pementasan teater bertajuk “Demo-Kreasi” yang merupakan adaptasi dari monolog Demokrasi karya Putu Wijaya, kemudian oleh Ali Wafan disadurnya Menjadi teater kolektif atau assemble dan disutradarai XMRidho.

Pertunjukan teater berdurasi satu jam lebih ini Menyuguhkan Kisah Satir dengan Plot yang tak terduga dan berlangsung selama dua (2) hari sejak tanggal 22-23 Desember 2023 di Aula Abdul Rani, IAIN Pontianak.

Sutradara pementasan teater Demo-Kreasi dengan aliran seni teater surealis, XMRidho menceritakan proses latihan teaternya selama 2 bulan dengan menampilkan 18 pelakon, dan dari 18 orang ini masih baru semuanya; baru masuk dunia teater, setelah itu ada yang pergi karena tidak tahan jadi sisa 17 orang.

“Tantangan selama proses latihan hingga penampilan itu lebih ke waktu, fisik, terus energi, dan pikiran, karena kita observasi nih, kata XMRidho, misalnya mau melakukan adegan ini itu harus ada maknanya, mau melakukan gerakan ini harus ada maknanya, begitupun dialognya itu yang buat saya greget,” tuturnya.

Cerita singkatnya teater Demo-Kreasi ini, menceritakan suatu tempat di tepi kota yang dimana tempat itu, akan ada pelebaran jalan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. “Setelah itu, ada seseorang yang dituakan yaitu Pak RT, warga setempat disitu mendukung Pak RT dan mengakui adalah seorang demokratis, tapi pada kenyataannya Pak RT sendiri harus melawan ideologi demokrasi yaitu uang, maka dari itu hilang semua perjuangan penolakan yang dilakukan oleh warga setempat dan pada akhirnya pelebaran jalan itu terjadi, pak RT pun kabur,” kisahnya lagi.

Lebih lanjut, XMRidho menyampaikan para pelakon teater ini tidak hanya dari kalangan para mahasiswa saja melainkan ada 2 orang yang masih sekolah, satu orang masih Sekolah Dasar (SD), yang berikutnya Sekolah Menengah Atas (SMA) dan selebihnya itu Mahasiswa IAIN.

“Melihat pertunjukan teater di Pontianak yang dinilainya mulai menurun, dirinya berharap dengan adanya generasi baru, baik itu dari sanggar sekolah, sanggar kampus, atau sanggar yang umum, terutama untuk teater bisa membangun lagi dunia kesenian yang pastinya kesenian teater,” tambahnya.

Pelakon Pak RT yang menjadi salah satu peran utama dalam sebuah pementasan teater Demo-Kreasi, Abdul Karim menyampaikan “sebenarnya tidak hanya saya sendiri yang jadi pemeran utama, karena ini saduran dari monolog semua pemain adalah pemeran utama,” katanya.

Untuk pendalaman karakter menjadi Pak RT dirinya mengaku lumayan rumit dan memakan waktu 1 bulan lebih untuk berlatih, karena seperti murni harus menjadi bapak-bapak, cara marah bapak-bapak, dan cara ketawa bapak-bapak seperti itu. “Pas penampilan tadi cukup enak, tidak ada hambatan, kalau dari saya masih merasa kurang vokal dalam suara, sehingga penonton yang dibelakang tidak mendengar dengan jelas,” imbuh Abdul Karim.

“Harapan saya untuk kesenian teater yang ada di Pontianak tetap semangat, untuk semua sanggar teater yang ada di Pontianak, tetap berkreasi, jangan kendor, hidup demokrasi,” ujar Mahasiswa IAIN Pontianak ini.

Tampak terpukau ratusan penonton yang hadir menyaksikan penampilan para pelakon teater “Demo-Kreasi” yang berlatar belakang perubahan masyarakat dan pengambilan keputusan secara demokratis, serta mengundang penonton dalam perjalanan yang menarik, menantang persepsi dan merangsang pemikiran kritis disuguhkan UKM Komsan IAIN Pontianak pada pertunjukan ini.

“Seru banget, Saya merasa senang sekali bisa menyaksikan penampilan Teater Komsan hari ini, dan sangat menghibur malam minggu saya,” ungkap Salahsatu penonton yang berasal dari Kabupaten Kapuas Hulu, dan juga merupakan Mahasiswa IAIN Pontianak, Khairunisa.

“Teater bertajuk Demo-Kreasi ini kan merupakan adaptasi dari sebuah monolog, dan alur cerita yang ditampilkan para pelakon itu sesuai dengan kenyataan yang terjadi di sekitar kita sekarang ini,” katanya lagi.

Khairunisa mengungkapkan sesi yang paling menyentuh dihati itu, menurutnya ketika si siti (pameran dalam teater) menjadi korban penembakan dari pihak aparat yang hendak merebut tanahnya, dimana pada sesi itu, menceritakan tentang lahan warga yang akan dibangun jalan oleh pemerintah.

“Saya berharap untuk kesenian teater, semoga nanti bisa melaksanakan pertunjukan ke daerah-daerah lainnya,” ucap Khairunisa.

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan