Mengenal Ritual Buang Jung dan Balala’, Cara Masyarakat Sekabuk
Melawan Wabah Penyakit


Kebudayaan merupakan sebuah identitas suatu bangsa. Budaya di Indonesia adalah budaya yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Di Indonesia masyarakat mendapatkan stereotype baik mengenai kebudayaan, masyarakat dinilai masih mempunyai kebiasaan mempertahankan budaya hingga disebut sebagai masyarakat yang berbudaya walau mendapat tantangan dengan keadaan zaman di era globalisasi saat ini. Adanya percampuran kebudayaan seperti asimilasi dan akulturasi tidak membuat budaya Indonesia pudar namun dilestarikan dan dipadukan. Adanya perubahan budaya tidak berpengaruh atau menghilangkan kebudayaan namun membuat budaya Indonesia unik di mata dunia. Keberagaman budaya juga menjadi aspek baik bagi Indonesia, hal itu dapat dilihat dengan hadirnya wisatawan yang datang mengunjungi Indonesia.

Desa Sekabuk, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu desa di indonesia yang masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan. di Desa ini melestarikan kebudayaan yang bernama Tradisi Buang Jung atau buang Perahu, dan Balala’ atau Tutup Kampung.

Ajung L, Temanggung Desa Sekabuk mengatakan, Tradisi Buang Jung berarti membuang atau melepas replika perahu kecil yang berisi benih padi, benih buah-buahan, anak ayam, sesajen, perlengkapan ritual dan dilengkapi dengan aksesoris.

“Buang Jung bertujuan untuk memohon agar mereka terhindar dari segala macam bala (malapetaka), penyakit, wabah, bencana, dan lain sebagainya,” tuturnya menyampaikan.

Buang Jung adalah satu dari banyaknya tradisi yang masih tetap eksis hingga hari ini.

“Ritual Adat Buang Jung merupakan salah satu upacara adat yang secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Dayak Kanayatn, khususnya di Desa Sekabuk,” ungkap Ajung L lagi.

Dalam pelaksanaan prosesinya, tradisi ini diawali dengan ritual Nyangahatn ke Saka atau tempat yang dianggap keramat.

“Nyangahatn merupakan tradisi masyarakat dalam melantunkan doa-doa atau mantra kepada Jubata (Tuhan) yang dipimpin oleh tetua adat untuk memohon dan mendapatkan berkat serta keselamatan hidup,” beber dia.

Sebelum dilepaskan ke sungai, Perahu (Jung) yang sudah berisi segala macam perlengkapan ritual, berupa benih padi, benih buah-buahan, anak ayam, sesajen, diarak atau dibawa berkeliling kampung terlebih dahulu.

Kemudian, sambungnya, pada esok hari akan dilanjutkan dengan Ritual Balala’ yang berarti ‘tutup kampung’.

“Semua orang dilarang melakukan semua aktivitas di luar rumah. Setiap jalan kampung harus ditutup portal yang ditandai oleh Pabayo. Pabayo adalah bambu atau kayu yang diraut oleh pisau khusus (insaut),” tutup Ajung L.

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan