Delapan puluh tahun Indonesia merdeka adalah momentum untuk menengok masa lalu, mengkritisi keadaan hari ini, dan merancang masa depan. Bangsa ini pernah dikenal dunia bukan karena minyak, bukan karena batu bara, melainkan karena rempah-rempah. Pala, cengkeh, lada, kayu manis, dan aneka rempah Nusantara telah menjadikan Indonesia pusat perhatian global sejak abad ke-15. Bahkan, kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke tanah air kita bermula dari keinginan menguasai rempah-rempah ini.
Namun, kini rempah Nusantara seakan kehilangan kejayaan. Kita masih menjadi produsen, tetapi sering kali tidak menjadi penentu harga. Kita masih menanam, tetapi nilai tambahnya lebih banyak dinikmati oleh negara lain. Padahal, di era ketika dunia kembali mencari bahan alami, organik, dan sehat, rempah Nusantara sesungguhnya punya peluang untuk bangkit menjadi “emas hijau” Indonesia.
Refleksi kemerdekaan ke-80 seharusnya memantik kesadaran: kemerdekaan sejati adalah kedaulatan dalam mengelola kekayaan sendiri. Indonesia tidak boleh sekadar menjadi penyedia bahan mentah. Kita harus naik kelas, membangun industri hilir rempah, dari produk makanan, minuman kesehatan, farmasi, hingga kosmetik herbal. Inilah wujud transformasi dari bangsa penghasil menjadi bangsa pengolah dan penguasa pasar.
Selain itu, rempah bukan sekadar komoditas ekonomi, tetapi juga identitas budaya. Di setiap masakan Nusantara, rempah menjadi jiwa yang menyatukan cita rasa dari Sabang sampai Merauke. Dengan mengangkat rempah ke panggung dunia, Indonesia sesungguhnya sedang mengekspor peradaban, tradisi, dan kearifan lokal.
Maka, pada usia 80 tahun kemerdekaan, cita-cita “menjadi mercusuar dunia” bisa dimulai dengan mengembalikan kejayaan rempah Nusantara. Jika dahulu rempah membuat bangsa lain datang untuk menjajah, kini rempah bisa menjadi alasan dunia datang untuk bekerja sama.
Kemerdekaan harus kita isi dengan keberanian mengambil alih nasib bangsa. Rempah adalah simbol—bahwa Indonesia tidak pernah kekurangan sumber daya, yang kita butuhkan hanyalah visi, konsistensi, dan kedaulatan. Dengan itu, di ulang tahun ke-80 nanti, Indonesia tidak hanya merdeka secara politik, tetapi juga benar-benar merdeka secara ekonomi, berdiri tegak sebagai pusat rempah dunia. Apakah Presiden Prabowo Berani Menginisiasi nya?
Penulis : Bambang Sudarmono (Pemerhati Kebijakan Publik)
Refleksi Kemerdekaan ke-80 Indonesia Harus Kembali Menjadi Komoditas Rempah Dunia













