Ruang Tumbuh Bagi Perempuan Muda Konservasi

Di dunia konservasi, perempuan semakin hadir dan berperan penting. Salah satunya adalah Winda Eka Putri, biolog muda asal Kalimantan Barat yang baru saja menyelesaikan program NOW Leaders 2025 dari Asian Species Action Partnership (ASAP) sebuah inisiatif yang mendukung pengembangan kepemimpinan perempuan di bidang konservasi di Asia Tenggara.

Berbeda dari pelatihan teknis pada umumnya, program ini menekankan aspek kesejahteraan diri (wellbeing), cerita personal (storytelling), dan pendampingan (coaching). Pendekatan ini dirancang agar peserta dapat membangun kepercayaan diri dan ketahanan emosional dalam menghadapi tantangan kerja konservasi. “Yang membuat program ini istimewa adalah karena tidak hanya mengajarkan keterampilan, tapi membantu kami memahami diri sendiri,” tulis Winda dalam refleksinya setelah kelulusan pada 7 Oktober lalu.

Selama lima hari pelatihan langsung di Luang Prabang, Lao PDR, para peserta seluruhnya perempuan dari lembaga mitra IUCN-ASAP berbagi pengalaman lapangan, tantangan, dan cara mereka bertahan dalam pekerjaan konservasi. Setelah sesi tatap muka, kegiatan berlanjut secara daring dengan kelas tentang strategi komunikasi, peer coaching, dan diskusi bulanan dalam kelompok belajar. Formatnya tidak kaku. Banyak sesi dilakukan dalam kelompok kecil, memberi ruang bagi peserta untuk saling mendengar dan memberi perspektif baru dalam menghadapi persoalan nyata di lapangan.

Di tingkat lokal, Winda dikenal sebagai pendiri Kawan Konservasi Tropis (KKT), organisasi berbasis di Pontianak yang berfokus pada pelestarian spesies endemik di ekosistem rawa gambut Kalimantan Barat. Melalui kegiatan riset dan edukasi masyarakat, KKT berupaya menjaga habitat alami bagi spesies langka seperti Parosphromenus ornaticauda, sejenis ikan hias endemik yang hidup di perairan gambut.

“Bekerja di lapangan memberi banyak kebahagiaan, tapi juga tantangan,” ujar Winda. Salah satunya adalah rasa ragu apakah pekerjaan yang dilakukan sudah cukup berdampak. Lewat pengalaman di NOW Leaders, ia belajar bahwa kepemimpinan tidak harus keras atau dominan. “Saya sadar bahwa memimpin bisa dilakukan dengan tenang, dengan kolaborasi dan empati,” katanya.

Dalam bidang konservasi, tantangan tidak hanya bersifat ekologis, tapi juga personal. Banyak perempuan yang bekerja di sektor ini harus menyeimbangkan tuntutan kerja, ekspektasi sosial, dan kebutuhan menjaga kesehatan mental. Program seperti NOW Leaders mencoba menjawab tantangan itu dengan menempatkan wellbeing sebagai inti kepemimpinan berkelanjutan. Peserta diajak mengenali kekuatannya sendiri, membangun dukungan sesama, dan memahami bahwa jeda atau refleksi juga bagian dari proses memimpin.

Setelah kelulusan, Winda resmi bergabung ke NOW Collective, jaringan alumni yang mempertemukan perempuan konservasionis dari berbagai negara di Asia Tenggara. Jaringan ini menjadi ruang untuk terus belajar, berbagi, dan memperkuat solidaritas lintas negara.

“Sebagai pemuda dan perempuan yang baru saja memulai karir di dunia konservasi, dukungan melalui NOW Leaders ini sangat penting untuk membantu saya berkembang secara profesional dan pribadi.”

Pengalaman Winda menunjukkan bahwa konservasi bukan hanya soal hutan atau satwa liar, tetapi juga tentang manusia tentang bagaimana kita belajar memahami diri, sesama, dan alam. Bagi generasi muda, perjalanannya menjadi pengingat bahwa kepemimpinan bisa tumbuh dari ruang kecil: dari komunitas, organisasi, atau bahkan dari dalam diri sendiri.

Penulis: Putri Lestari

Bagikan Berita