Tren Gaya Kepemimpinan Reaktif dalam Membangun Popularitas Publik

Di tengah derasnya arus informasi dan tekanan opini di media sosial, kita menyaksikan munculnya tren gaya kepemimpinan yang reaktif. Banyak pemimpin mengambil keputusan bukan atas dasar analisis mendalam, melainkan untuk segera merespons isu hangat demi menjaga citra dan popularitas. Kepemimpinan jenis ini terlihat sigap di mata publik, tetapi sejatinya rapuh dan penuh risiko.

Bahaya utama dari gaya kepemimpinan reaktif berbasis popularitas adalah inkonsistensi arah dan kebijakan. Pemimpin mudah berubah sikap karena lebih takut kehilangan dukungan publik daripada gagal menuntaskan persoalan. Akibatnya, kebijakan sering kali hanya berfungsi sebagai panggung pencitraan, bukan solusi nyata. Dalam jangka panjang, hal ini menimbulkan krisis kepercayaan: publik mulai ragu apakah pemimpin benar-benar berpihak pada kepentingan bersama, atau sekadar mengelola opini sesaat.

Lebih jauh, kepemimpinan reaktif mendorong terbentuknya budaya instan: keputusan diambil untuk “viral”, bukan untuk “berdampak”. Padahal, popularitas publik yang dibangun dengan cara reaktif hanyalah kilau sementara. Yang dibutuhkan saat ini adalah kepemimpinan responsif, yakni kemampuan untuk mendengar, menimbang dengan tenang, lalu bertindak cepat sekaligus strategis. Popularitas sejati lahir dari konsistensi, bukan dari reaksi sesaat.

Penulis : Bambang Sudarmono

Bagikan Berita